Sabtu, 18 Januari 2014

Surat Untuk Kekasih

Teruntuk yang terkasih


Kekasihku, aku semakin tersesat di sini. Aku mulai lupa jalan pulang. Semakin hilang ingatan karena segala yang ada di sini memaksaku menjadi orang lain seutuhnya. Sehingga membuatku kemudian bertanya, manakah sebenarnya aku? Apakah justru ini? Jika benar maka aku sangat sedih. Apakah rasa sedih yang muncul tadi itu memiliki arti? Apa artinya?

Kekasihku, maafkan aku karena berada di dekatmu justru membuatku melupakanmu. Penyangkalan atasmu malah membuatku terus ingat. Apa harus begitu supaya kau perhatikan aku?

Kekasihku, aku rindu padamu yang ada pada diriku yang dulu. Yang membuat badanku kurus tapi otakku bengkak. Bukan yang begini, membuatku cantik dan padat tapi kerontang. Seandainya kau tahu, ini seperti sejumput kesakitan di simpang jalan.

Kekasihku, ijinkan aku melepas perekat di bibir ini dengan diam. Supaya bisa aku terbang. Bukan ke arahmu tapi ke arah bunga kuncup, atau riak air pada genang hujan, atau pohon berduri yang tegap, atau ke petualangan-petualangan yang mereka benci itu.

Kekasihku, maafkan aku karena telah menulis surat ini. Aku masih belum tahu kapan akan kukirimkan padamu. Namun selalu aku harap balasan senyum darimu, apapun artinya.
Salam rindu..

Kekasihmu yang tersesat,
Sebuah Sudut, 13 Jan '14



Tidak ada komentar:

Posting Komentar