Girl With Pink Soled Boot
Aku
bertemu seorang gadis. Atau boleh disebut wanita muda hampir tua, atau sebut
saja perempuan. Ia punya teman baru, sebuah rutinitas memuakkan yang memaksanya
menjelma sebagai robot. Selain itu ia juga punya teman baru, sepasang sepatu
boot hitam bersol merah muda. Ia biasa mengenakan sepatu boot itu hanya pada
saatpergi atau pulang dari tempatnya bekerja. Itu menyakitkan. Karena selain
sandal jepit, kakinya hanya akrab dengan boot. Dan ketika ia harus menghabiskan
hari bersama pantopel bertumit runcing, rasanya menyedihkan.
Sedih
karena bukan hanya kaki, tapi tangan, punggung, bahu, pinggul, bibirnya,
matanya bicaranya, bahkan mungkin otaknya, sudah bukan miliknya lagi. Kecuali
hatinya yang mungkin akan segera menyusul juga.
Ia
menyesal. Menyesal karena telah berpikir dengan caranya sendiri, bukan seperti
cara berpikir orang lain yang hidup di sekitarnya. Ia menyesal karena bukan
dunia yang menguasai diri atau diri yang menguasai dunia, tapi diri yang
menguasai diri. Padahal ia pun masih ragu tentang kekuasaan atas diri itu.
Ia
pikir tidak mungkin manusia berkuasa. Manusia tidak mungkin menjadi teratas.
Manusia hanya seonggok massa yang tiba-tiba bisa bergerak. Sayangnya tidak
hanya tubuh yang bergerak, tapi otak dan hatinya juga. Itu yang ia pikir
membuat semuanya jadi sulit. Ia ingin berhenti. Berhenti dari semua yang ia
pikir berat. Berhenti dari semua hal yang selalu membuat kelopak matanya
tertutup dalam langkah. Bibir terkatup dalam nyanyian. Ia ingin bebas dari
kebebasan itu.
Ia
pikir, ia tidak perlu berpikir. Tapi belakangan ia sadari itupun ternyata
sebuah kegiatan berpikir. Akhirnya ia
ingin berhenti menjadi seonggok massa yang bergerak. Namun ia sadari perubahan
tidak selalu mudah. Ia tidak tahu lagi harus apa.
Pagi
ini ia raih lagi boot bersol merah muda dan menyikatnya dengan semir. Ia pikir,
“Ah.. Baiklah, aku berpikir. Aku pikir aku harus menyikat sepatu boot-ku setiap
hari. Setiap akan berangkat ke tempat kerja.”
Terakhir
aku melihatnya duduk sendiri memandangi sudut tembok. Setelah aku perhatikan,
ternyata ia sedang mengamati seekor laba-laba yang sangat kecil tengah menjerat
mangsanya. Ku kira.. mangsanya seekor semut.
Maaf,
sebenarnya aku juga tidak mengerti tentang gadis itu. Maaf ya.
19 Jan ‘14
Tidak ada komentar:
Posting Komentar