Senin, 25 Mei 2015

Injak Bulan

Pagi ini, di tempat kerja. Turis asing dari Belanda datang ke Indonesia untuk jalan-jalan. Menikmati masa tua sepertinya.

Saat itu ada kakek bule. Perutnya gendut. Jalan pelan-pelan menuju teman-teman rombongannya. Sebelum berkumpul, beliau memanggil uwi.
"Selamat pagi." Bahasa Indonesianya bagus, tapi aksen khas Belandanya kentara sekali.
"Selamat pagi" uwi balas dengan senyum paling tulus saat itu.
"Apa kabar?"
"Oh, baik sekali. Terimakasih. Bagaimana dengan bapak?"
Tidak dijawab lagi. Mungkin pelajaran bahasa Indonesianya belum sampai situ.
"So, Yurry.." Beliau membaca name tag yang ditempel di dada kiri uwi. Sudah usang, jadi perlu waktu lebih dari satu detik untuk membacanya.
"Yes, Sir." Dan percakapan dilanjutkan dalam bahasa Inggris.
"Namamu, Yurry. Kau mengenal Yuri Gagarin?"
"Ya, Pak. Dia astronot, bukan?"
"Dia orang pertama yang menginjakkan kaki di bulan."
"Ya."
"Kenapa namamu Yurry?"
"Mm.. Ini pemberian ibu saya."
"Kau pernah tanyakan mengapa ibumu memberimu nama itu?"
"Ng.."
Tiba-tiba, kakek pirang itu menyentuh tangan uwi dengan telapak tangannya yang keriput. Lembut sekali. Katanya, "Little darling, kau cantik sekali. Ibumu tak salah memberi nama itu."
"Hm..? Heu..?" jawaban apapun sepertinya tidak cocok untuk kakek tua ini. Dia senyum, dan pergi sambil terbungkuk-bungkuk. "Ah, kakek, ga nyambung.." kata uwi dalam hati.

Tapi, Kek. Mama memang tidak salah memberi uwi nama. Suatu saat uwi akan injakkan kaki uwi di bulan seperti Yuri Gagarin. Setidaknya, bulan dalam dunia uwi. Bulan itu tidak jauh. Hanya belum sampai saja.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar