Senin, 08 Februari 2016

Tentang Imajinasi #2

Imajinasi.
Suatu kerumitan dalam indahnya kesederhanaan.


Sore ini kegiatan mingguan bersama adik didik dimulai lagi.
Di pertemuan yang lalu dia sudah bilang, “Minggu depan kita gambar imajinasi aja ya, Kak?”
Uwi mengerti, anak-anak cepat sekali bosan pada suatu kegiatan. Uwi putuskan bilang, “Oke!"
Dan muncullah kata ‘gunung’ dari mulut polosnya.
“Oke, tapi kakak ga mau kita hanya buat dua buah gunung dengan sawah di bawahnya..”
Tak disangka dia menjawab, “Ngga dong..! Harus ada gambar orang sedang mendaki gunung.”
Senyum mulai dipasang!

Imajinasinya bergerak bukan hanya ke gambar pendaki gunung yang memegang tali, tapi sampai ke gambar kaki orang di depan si pendaki yang hanya terlihat bagian tumitnya saja.
Anak yang duduk di kelas empat SD ini sudah mulai melebarkan mata ‘sadar’-nya tentang keterbukaan terhadap imajinasi.
Menghapus batasan kertas.
Melepas kungkungan realita.
Dia mulai menyalakan semangat menyelesaikan gambar yang sebetulnya tidak pernah ‘selesai’ itu.

Apa ini berarti cara uwi berhasil?
Stimulus yang uwi ciptakan ternyata membuahkan hasil.

Terimakasih pada kepolosan.
Yang masih mampu membuat perasaan senang dan bahagia, setelah sulit sekali sebelumnya.

Inilah kisah, tentang cita-cita untuk tidak berubah dalam imajinasi.


20 Februari 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar