Senin, 08 Februari 2016

When you feel nothing


Di saat-saat seperti ini, tutup botol yang jatuh kemudian berputar-putar di lantai saja terlihat begitu indah.


1 Februari 2014

Jeda saja cukup


Bulan, maafkan aku karena nilai pelajaran senyumku sangat rendah kali ini.
Kau tahu aku tidak bermaksud mengabaikanmu.
Ku kira kau pergi.
Hujan, dengar, aku pikir mungkin kita akhiri saja romantisme ini.


6 Februari 2014 

Nyeri

Saat kelopak matamu sembab.
Saat hidungmu terasa tenggelam.
Saat napasmu tersengal.
Saat otot lehermu tegang.

Ng..

Saat kelopak mataku sembab.
Saat hidungku terasa tenggelam.
Saat napasku tersengal.
Saat otot leherku tegang.

Tentang Imajinasi #1

Dulu waktu kecil, saat uwi masih benar-benar takut kalau nonton film horror, tante uwi bilang, “Jangan takut, itu semua cuma bohong. Mereka syuting, banyak kru dan orang-orang lain di sana. Sama sekali tidak seram. Itu cuma buatan.”
Hingga jadinya rasa takut uwi pada film horror berkurang.

Tapi sekarang, imajinasi pada film lain juga berkurang.
Khayalan-khayalan yang membuat sebuah film jadi sangat kaya itu berkurang juga.
Dan saat ada adegan imajinatif yang indah-indah, selalu ada jawaban, “Itu bohong, itu cuma buatan.”

Maka jadi sedikit menyesal uwi sekarang karena menjadi terlalu realistis, membuat uwi jadi miskin imajinasi.


19 Februari 2014

Tentang Imajinasi #2

Imajinasi.
Suatu kerumitan dalam indahnya kesederhanaan.


Sore ini kegiatan mingguan bersama adik didik dimulai lagi.
Di pertemuan yang lalu dia sudah bilang, “Minggu depan kita gambar imajinasi aja ya, Kak?”
Uwi mengerti, anak-anak cepat sekali bosan pada suatu kegiatan. Uwi putuskan bilang, “Oke!"
Dan muncullah kata ‘gunung’ dari mulut polosnya.
“Oke, tapi kakak ga mau kita hanya buat dua buah gunung dengan sawah di bawahnya..”
Tak disangka dia menjawab, “Ngga dong..! Harus ada gambar orang sedang mendaki gunung.”
Senyum mulai dipasang!

Imajinasinya bergerak bukan hanya ke gambar pendaki gunung yang memegang tali, tapi sampai ke gambar kaki orang di depan si pendaki yang hanya terlihat bagian tumitnya saja.
Anak yang duduk di kelas empat SD ini sudah mulai melebarkan mata ‘sadar’-nya tentang keterbukaan terhadap imajinasi.
Menghapus batasan kertas.
Melepas kungkungan realita.
Dia mulai menyalakan semangat menyelesaikan gambar yang sebetulnya tidak pernah ‘selesai’ itu.

Apa ini berarti cara uwi berhasil?
Stimulus yang uwi ciptakan ternyata membuahkan hasil.

Terimakasih pada kepolosan.
Yang masih mampu membuat perasaan senang dan bahagia, setelah sulit sekali sebelumnya.

Inilah kisah, tentang cita-cita untuk tidak berubah dalam imajinasi.


20 Februari 2014

..pertanda..

Dua hari berturut-turut aku dapat kuntum bunga.
Sekuntum putih, sekuntum merah muda.
Manis sekali.
Keduanya hanya aku simpan terpencar.
Apa itu pertanda baik?

Dua hari berturut-turut aku berbincang dengan tamu yg mengucap terimakasih sambil tersenyum lebar dan berjanji akan kembali.
Apa itu pertanda baik?

Dua hari berturut-turut hujan menunda kedatangannya agar aku bisa berjalan bersama langit dengan riang.
Apa itu pertanda baik?

Dua hari berturut-turut aku buka pintu rumah dengan senyum.
Apa itu pertanda baik?

Baiklah.. Aku pikir ada daya yang berusaha membuatku diam di sini dan menikmati ini.


22 Februari 2014


Jika mereka mengirimiku bunga, aku ingin tahu apa kau mengirimiku benakmu.


22 Februari 2014 

Dara Lara


Hari bergulir.
Gelap ke terang akhirnya ke gelap jua.

Seorang dara dengan luka.
Sudutnya hati porak-poranda.
Sewindu langkah telah murka.

Ia hanya dara.

Rindu rasa yang bisa buat gembira.
Hapus lumpur di sepatunya.
Buang dahan kecil di jari manisnya.
Melompat setinggi-tingginya, untuk jatuh sedalam-dalamnya.
Hilang terlalu jauh, untuk muncul terlalu dekat.

Ia benci "Kau cantik."
Ia suka "Kau penting."
Ia sulit percaya.

Dara lara, putri mega.


4 Maret 2014

..


"Setelah tendanya terpasang, si penjual gula-gula menawari si anak gula-gula pertama yang dibuatnya hari itu. Si anak mengucapkan terimakasih, memakan gula-gula itu, dan meneruskan perjalanan.

Belum jauh ia berjalan, mendadak ia menyadari..tadi, ketika sadang mendirikan tenda kios itu, si penjual gula-gula berbicara bahasa Arab, sementara dia sendiri berbahasa Spanyol.
Tapi mereka bisa saling memahami dengan sempurna.

Pasti ada bahasa yang tidak bergantung pada kata-kata, pikir si anak lelaki. Seperti ketika aku berkomunikasi dengan domba-dombaku, dan sekarang aku mengalaminya dengan manusia."

-The Alchemist-



10 Maret 2014

..


"Memang adakah sesuatu yang diam?
Adakah sesuatu yang tidak berubah?
Tidakkah semua ini berubah-ubah terus?
Juga kepercayaan manusia?
Juga keadaan suatu bangsa?
Juga kekuasaan suatu stelsel?

Sebagai manusia, aku pun suka menghitung waktu.
Kusobekkan satu halaman dari kalender.
Lagi satu bulan umurku tambah. Lagi satu bulan dunia lebih dekat pada saatnya untuk 'diam'. Untuk 'diam', sebab tidakkah dunia pun seperti gundu yang berputar pula, yang pada akhirnya akan habis putarannya, lantas 'diam'?"

-Atheis-


10 Maret 2014

Paranoia


Kali ini aku benar-benar merasa takut pada kehidupan.
Terbersit bahwa apapun selalu bisa menjadi hal buruk.
Perasaan aneh yang berbeda. Merasa berbeda karena sama.
Tiba-tiba..
Tiba-tiba aku masuk dan menjadi satu.
Aku takut bergerak.
Takut menoleh.
Takut melirik.
Takut bernapas.
Aku takut berpikir.
Takut karena takut.

13 Maret 2014

Banyak Sayang untuk Momon


Menurut uwi, kita hanya tetesan air hujan yang jatuh ke tanah yang sama.

Tadi sore uwi bertemu seseorang yang baru. Namanya Momon. Fabian memanggilnya Om Momon.
Di sela-sela kegiatan menggambar kami, Fabian berbisik di telinga uwi, “Sst.. Dia cacat.”
Rambut Momon sudah beruban namun angannya tetap di usia enam tahun.
Momon tidak menikah, tapi di hatinya selalu ada Ian, panggilan sayang untuk Ibu Dian, ibunya Fabian. Teman bermainnya sewaktu kecil.

Ibu Dian terus tumbuh dewasa, sudah dua kali menikah dan sudah punya dua orang anak. Tapi Momon tetap bermain kejar-kejaran dan tertawa, dan selalu sayang Ian. Tetap selalu ingin tahu dan ingin memeluk siapapun yang ia sayangi.

Momon selalu lucu. Selalu membuat orang tertawa.
Momon tidak peduli tentang sebab tawa itu. Apakah karena Momon pandai melucu atau karena mereka menertawakan Momon.
Momon hanya bahagia jika melihat orang tersenyum dan tertawa.

Momon pria spesial yang baik hati dan polos.

Momon hanya ingin berbagi tawa dan berbagi ‘Sayang Momon’ untuk semua orang.
Momon tidak memikirkan kantor atau uang. Satu-satunya nafsu yang ia miliki adalah nafsu makan.
Dan Momon bilang bagus pada gambar buatan Fabian.
Momon selalu menjadi anak-anak.

Tapi uwi sangat sedih saat melihat Momon sedih. Momon sedih karena malam itu dia harus pulang.
Dia tidak mau melambaikan tangan, atau mengucapkan salam perpisahan atau bahkan menoleh.
Momon berlalu dan kami hanya bisa melihat punggungnya semakin menjauh.
Momon sedih jika mengucap salam perpisahan.
Momon sedih tidak bisa main kejar-kejaran lagi, tidak bisa peluk ‘Sayang Momon’ lagi, tidak bisa tertawa bersama lagi.

Momon sayang semua orang.
Fabian sayang Momon meskipun tidak mau dicium pipinya.
Uwi sayang Momon. Semua sayang Momon.
Itulah sosok dewasa dalam diri Momon.

Banyak sayang untuk Momon.

14 Maret 2014