Selasa, 11 Maret 2014

Terimalah, ini untuk kita


Tiba saatnya nanti.

Akan tiba saatnya kita menyesal. Menyesal karena ingin menangis meraung-raung dan meratapi bahwa masa tidak akan kembali lagi. Dan kita hanya bisa menahan.

Tidak akan memberi kita kesempatan untuk tersenyum dan tertawa lagi. Untuk bermain payung di bawah hujan. Untuk berpikir gila dan menggila lagi.

Tiba saatnya kita sulit bahkan untuk menghela napas lega. Kita hanya bisa berusaha diam dan menambal luka di ulu hati. Bagian kosong yang tak 'kan terisi apapun, dan hingga ada titik penghabisan pun masih belum habis.

Menusuk, merambat, menjalar, mengerat seluruh bagian batin. Menggores dengan tinta perak yang menembus lapisan jiwa. Mengoyak setiap sayatan hingga terbuka puncak nyeri tak berkesudahan.

Tiba saat kaki tak 'kan mampu menopang beban benak diri. Saat mata lebih luas dan jelas melihat di balik kelopak. Saat setiap hembus angin yang menyentuh rambut halus di wajahmu selalu membawamu melayang ke sana lagi.
Ke tempat dan saat kau mensia-siakan setiap kedip matamu.
Ke masa saat jiwamu masih berdiri.

Ke masa saat matahari adalah milik kita. Milikmu.


11 Maret 2014 pukul 9:50

Tidak ada komentar:

Posting Komentar