Senin, 18 April 2016

Rindu

Di saat seperti ini, saat ingin semua tahu bahwa diri ini lelah, saat berkata dengan air mata pun tiada guna.

Aku ingin kau ada di sini, berbagi degup dan denyut setiap nadi.
Seperti dulu, saat hanya kita berdua dan detik waktu yang tahu.

Senin, 08 Februari 2016

When you feel nothing


Di saat-saat seperti ini, tutup botol yang jatuh kemudian berputar-putar di lantai saja terlihat begitu indah.


1 Februari 2014

Jeda saja cukup


Bulan, maafkan aku karena nilai pelajaran senyumku sangat rendah kali ini.
Kau tahu aku tidak bermaksud mengabaikanmu.
Ku kira kau pergi.
Hujan, dengar, aku pikir mungkin kita akhiri saja romantisme ini.


6 Februari 2014 

Nyeri

Saat kelopak matamu sembab.
Saat hidungmu terasa tenggelam.
Saat napasmu tersengal.
Saat otot lehermu tegang.

Ng..

Saat kelopak mataku sembab.
Saat hidungku terasa tenggelam.
Saat napasku tersengal.
Saat otot leherku tegang.

Tentang Imajinasi #1

Dulu waktu kecil, saat uwi masih benar-benar takut kalau nonton film horror, tante uwi bilang, “Jangan takut, itu semua cuma bohong. Mereka syuting, banyak kru dan orang-orang lain di sana. Sama sekali tidak seram. Itu cuma buatan.”
Hingga jadinya rasa takut uwi pada film horror berkurang.

Tapi sekarang, imajinasi pada film lain juga berkurang.
Khayalan-khayalan yang membuat sebuah film jadi sangat kaya itu berkurang juga.
Dan saat ada adegan imajinatif yang indah-indah, selalu ada jawaban, “Itu bohong, itu cuma buatan.”

Maka jadi sedikit menyesal uwi sekarang karena menjadi terlalu realistis, membuat uwi jadi miskin imajinasi.


19 Februari 2014

Tentang Imajinasi #2

Imajinasi.
Suatu kerumitan dalam indahnya kesederhanaan.


Sore ini kegiatan mingguan bersama adik didik dimulai lagi.
Di pertemuan yang lalu dia sudah bilang, “Minggu depan kita gambar imajinasi aja ya, Kak?”
Uwi mengerti, anak-anak cepat sekali bosan pada suatu kegiatan. Uwi putuskan bilang, “Oke!"
Dan muncullah kata ‘gunung’ dari mulut polosnya.
“Oke, tapi kakak ga mau kita hanya buat dua buah gunung dengan sawah di bawahnya..”
Tak disangka dia menjawab, “Ngga dong..! Harus ada gambar orang sedang mendaki gunung.”
Senyum mulai dipasang!

Imajinasinya bergerak bukan hanya ke gambar pendaki gunung yang memegang tali, tapi sampai ke gambar kaki orang di depan si pendaki yang hanya terlihat bagian tumitnya saja.
Anak yang duduk di kelas empat SD ini sudah mulai melebarkan mata ‘sadar’-nya tentang keterbukaan terhadap imajinasi.
Menghapus batasan kertas.
Melepas kungkungan realita.
Dia mulai menyalakan semangat menyelesaikan gambar yang sebetulnya tidak pernah ‘selesai’ itu.

Apa ini berarti cara uwi berhasil?
Stimulus yang uwi ciptakan ternyata membuahkan hasil.

Terimakasih pada kepolosan.
Yang masih mampu membuat perasaan senang dan bahagia, setelah sulit sekali sebelumnya.

Inilah kisah, tentang cita-cita untuk tidak berubah dalam imajinasi.


20 Februari 2014

..pertanda..

Dua hari berturut-turut aku dapat kuntum bunga.
Sekuntum putih, sekuntum merah muda.
Manis sekali.
Keduanya hanya aku simpan terpencar.
Apa itu pertanda baik?

Dua hari berturut-turut aku berbincang dengan tamu yg mengucap terimakasih sambil tersenyum lebar dan berjanji akan kembali.
Apa itu pertanda baik?

Dua hari berturut-turut hujan menunda kedatangannya agar aku bisa berjalan bersama langit dengan riang.
Apa itu pertanda baik?

Dua hari berturut-turut aku buka pintu rumah dengan senyum.
Apa itu pertanda baik?

Baiklah.. Aku pikir ada daya yang berusaha membuatku diam di sini dan menikmati ini.


22 Februari 2014